Adalah Jeff Williams, Manajer di Microsoft Malware Protection Center yang mengklaim hal tersebut. Dia berargumen bahwa karena kemungkinan software bajakan tidak mendapat update keamanan dari Microsoft, maka software menjadi rentan disergap virus dan program jahat lainnya.
Dia menerangkan kalau tingkat pembajakan software di China misalnya, empat kali lipat lebih tinggi dibanding di Amerika Serikat. Dan ternyata, pemakaian Windows Update di China juga lebih rendah ketimbang di AS sehingga serangan malware rentan menghinggapi komputer di negeri Tirai Bambu tersebut.
Namun ada kejanggalan dalam klaim ini. Sebab jika benar banyak komputer di negara dengan tingkat pembajakan tinggi seperti China dihantam malware, seharusnya komputer di AS yang tingkat pembajakannya rendah relatif bebas dari program jahat. Namun kenyataannya tak demikian.
Tingkat serangan malware di negara China malah relatif rendah, yaitu 6,7 per seribu unit komputer.
Namun memang ada pula contoh negara yang cocok dengan argumen Williams, misalnya di Brazil dan Serbia Montenegro. Brazil yang juga pembajakan softwarenya tinggi ini memiliki tingkat infeksi malware 25,4 per seribu unit komputer, tiga kali lipat dari angka rata-rata global.
Sedangkan di Serbia Montenegro, tingkat infeksinya adalah yang tertinggi di dunia, yakni 97,2 unit per seribu komputer dilaporkan dihantam oleh malware. (Choi)
Sumber : Detikinet.com
0 comments:
Posting Komentar